Antusias MI Husnul Khatimah Ikuti Pembinaan Virtual Dari Pengawas Madrasah
MI Husnul Khatimah semangat mengikuti pembinaan yang
diberikan pengawas madrasah, Amhal Kaefahmi melalui virtual, Kamis (21/4/2022).
Nampak para guru dan kepala menyimak dengan seksama sambil menuliskan
butir-butir materi yang dipaparkan pengawas.
Kepala
MI mengatakan, “.Pembinaan kali
ini terasa berbeda, walau dalam suasana puasa Romadhon kami beserta guru-guru
betul-betul antusias mengikuti pembinaan ,” kata kepala MI Husnul Khatimah
Istolik Makmun.
Sementara itu, guru kelas, Suyadi dan Juga guru maple Joko Purwanto mengaku senang dengan model pembinaan ini. Pasalnya, pembinaan yang dilakukan melalui virtual bisa dilakukan lebih fleksibel dan tidak mesti berkerumun, di samping mengasah kemampuan IT guru dalam era digital ini.
Pengawas Madrasah Kementerian Agama Kota
Semarang, Amhal Kaefahmi menegaskan, untuk mendapatkan umpan balik agar
pelaksanaan pembelajaran berikutnya lebih baik, diperlukan refleksi dari guru
dengan melihat pelaksanaan pembelajaran yang lalu sebagai ajang evaluasi diri.
Penegasan
itu disampaikan Amhal Kaefahmi, saat memberikan pembinaan melalui virtual
kepada seluruh guru dan kepala Raudhatul Athfal (RA) maupun MI di wilayah
binaan di Kecamatan Tembalang dan Kecamatan Banyumanik, Kamis (21/4/2022).
Pembinaan
yang mengusung tema “Refleksi Pembelajaran Guru” ini menggunakan aplikasi
Gmeet. Turut memberikan kata sambutan, pengawas madrasah, Isro Miarsih dan Kasi
Dikmad Kemenag Kota Semarang, Fatkhuronji, sebagai pembicara kunci.
Menurut
Amhal Kaefahmi, dalam pelaksanaan pembelajaran yang bermutu, sebenarnya siswa
tidak membutuhkan guru yang sempurna. Siswa membutuhkan guru yang bahagia.
Sebab, guru yang bahagia akan membuat mereka bersemangat datang ke
sekolah/madrasah dan menumbuhkan kecintaan untuk belajar.
“Guru
yang bahagia itu harus dikuatkan oleh pengawas madrasah dengan model pegawasan
yang menyenangkan. Pengawas yang hadir sebagai solusi, bukan sebagai momok bagi
guru dan kepala madrasah (Kamad),” jelas Amhal Kaefahmi, penuh semangat.
Dalam
paparan pembinaannya, Amhal Kaefahmi menayangkan beberapa dokumen foto hasil
monitoring maupun supervisi pembelajaran yang telah dilakukan. Dari foto dan
video yang ditayangkan, dia minta tanggapan dari partisipan guru dan Kamad
untuk perbaikan selanjutnya.
Saat
melaksanakan pembinaan, pembimbingan, dan pelatihan, Amhal Kaefahmi sering
memberikan refleksi melalui coaching
clinic (pelatihan singkat) pembelajaran di halaman satuan pendidikan, baik
RA maupun MI. Pembinaan dan refleksi tidak selalu dilaksanakan di ruangan
tetapi sering dilakukan dengan cara santai di halaman.
“Model
pembinaan seperti ini ternyata lebih mengena karena saya bisa memberikan
praktek yang diikuti oleh para guru. Di dalam pembinaan saya yang penting
substansinya, bukan formalitasnya,” papar Amhal Kaefahmi.
Mengutip
KMA Nomor 624 Tahun 2021 Tentang Pedoman Supervisi Pembelajaran Pada Madrasah,
Amhal Kaefahmi menuturkan, supervisi pembelajaran merupakan
kegiatan pembinaan, pemantauan, penilaian, serta pembimbingan, pendampingan,
dan pelatihan profesionalitas pembelajaran.
Ditanbahkannya, supervisi
pembelajaran itu dilakukan baik pada aspek kompetensi maupun pelaksanaan tugas
pokok pembelajaran, pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, penilaian atau
evaluasi proses pembelajaran. Supervisi pembelajaran diarahkan untuk
memastikan, mengendalikan, dan memperbaiki mutu pembelajaran.
“Implementasi kegiatan supervisi
pembelajaran dilengkapi dengan pendampingan menuju pembelajaran berkualitas,”
jelasnya.
Dalam kesempatan itu, dia
menjelaskan tentang pentingnya perencanaan pembelajaran sebagai pedoman dan
rambu dalam pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang dimaksud tidak harus
njlimet dengan format kaku, melainkan dengan format yang bervariasi sesuai
dengan kebutuhan, karena yang terpenting, guru mengerti apa yang akan dilakukan
dalam pembelajarannya.
Amhal
Kaefahmi juga menekankan pentingnya budaya literasi dan penanaman karakter
moderat siswa. literasi pada anak usia dini sangat penting agar kemampuan
berbahasa anak dapat berkembang optimal sesuai usianya, yakni sebagai kemampuan
dalam memahami bahasa (reseptif) dan
menyampaikan bahasa (ekspresif), dan
keaksaraan awal.
Terkait
dengan literasi, Amhal Kaefahmi menjelaskan, kemampuan literasi sebenarnya
tidak hanya terbatas pada kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga menyangkut
kemampuan berbicara, berhitung, memecahkan masalah yang diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, dan menggunakan kemampuan potensi dirinya.
“Seringkali kita memaknai literasi hanya
sebagai kemampuan membaca dan menulis,” paparnya.
Dijelaskan
Amhal Kaefahmi, pembiasaan literasi pada anak usia dini sangat bermanfaat untuk membantu anak dalam memahami orang lain
dan lingkungannya, membantu anak agar dapat menyampaikan pikiran dan perasaan
kepada orang lain, dan dapat menumbuhkan minat anak terhadap keaksaraan
“Literasi
sangat bermanfaat untuk munculnya sikap, penngetahuan, dan keterampilan yang
dibutuhkan di jenjang pendidikan selanjutnya,” tegas Amhal Kaefahmi.